Belum punya bitcoin? silakan anda buat rekening bitcoin telebih dahulu di BINANCE Atau BYBIT Dan Ambil bitcoin gratis setiap jam Disitus ini Kemudian anda bisa jual disini.
Brian Armstrong, CEO dari platform kripto ternama Coinbase, baru-baru ini membuat pernyataan yang cukup mengejutkan dan menggugah perhatian banyak pihak. Dalam cuitan di akun media sosial pribadinya pada hari Selasa, Armstrong mengatakan bahwa Bitcoin bisa saja menjadi mata uang cadangan global berikutnya, jika Amerika Serikat tidak segera mengendalikan utang nasionalnya yang kini telah menyentuh angka fantastis, yakni $37 triliun atau sekitar Rp600 ribu triliun jika dikonversi ke rupiah.
“Saya mencintai Bitcoin, tetapi Amerika yang kuat juga sangat penting bagi dunia,” tulis Armstrong. Ia menegaskan bahwa pemerintah AS harus segera bertindak dan “mengendalikan keuangan kita” sebelum situasi menjadi lebih parah.
RUU Kontroversial Didukung Trump Jadi Sumber Kekhawatiran
Pernyataan Armstrong muncul tidak lama setelah Partai Republik di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) AS, dengan dukungan dari mantan Presiden Donald Trump, memperkenalkan sebuah RUU kontroversial pada bulan Mei lalu. RUU ini disebut-sebut oleh para pendukungnya sebagai “RUU besar yang indah”, namun isinya justru memicu perdebatan sengit.
Beberapa poin utama dalam RUU tersebut:
- Perpanjangan pemotongan pajak,
- Peningkatan belanja militer secara signifikan,Pemotongan anggaran untuk program sosial penting seperti Medicaid (asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin), bantuan makanan, dan energi bersih.
- Kritikus menilai bahwa kebijakan ini justru akan memperburuk ketimpangan ekonomi dan menambah beban utang negara secara drastis.
Negara Bagian AS Mulai Lirik Bitcoin untuk Lindungi Diri
Menariknya, beberapa negara bagian di AS juga mulai mengambil langkah sendiri dalam menghadapi potensi ketidakstabilan fiskal federal. Keith Ammon, seorang anggota parlemen dari negara bagian New Hampshire, menyatakan bahwa negara bagian kini tidak hanya bersaing satu sama lain dalam hal adopsi kripto, tapi juga harus bersaing melawan kebijakan fiskal pemerintah pusat yang dianggap ceroboh.
“Pemerintah federal mungkin akan terus mencetak uang untuk membayar utangnya, dan ini bisa merusak nilai dolar dalam jangka panjang,” ujar Ammon.
“Dalam situasi ini, Bitcoin bisa menjadi perlindungan bagi keuangan negara bagian dari inflasi atau penurunan daya beli dolar.”
Pernyataan ini semakin menegaskan tren di mana aset digital seperti Bitcoin dilihat bukan hanya sebagai alat investasi, tetapi juga sebagai strategi lindung nilai (hedging) terhadap kebijakan moneter yang tidak stabil.
Ekonom dan Elon Musk Turut Mengkritik
RUU fiskal yang sedang dibahas di Kongres ini juga mendapat kritik tajam dari berbagai kalangan. Enam ekonom peraih Nobel, termasuk nama-nama besar seperti Paul Krugman dan Joseph Stiglitz, secara terbuka menyatakan bahwa RUU tersebut sangat berisiko.
Dalam surat bersama mereka bulan Juni lalu, para ekonom memperkirakan bahwa jika RUU ini disahkan dan ketentuannya dijadikan permanen, maka utang publik AS akan bertambah lebih dari $3 triliun, dengan dampak lanjutan terhadap ketimpangan sosial dan stabilitas ekonomi jangka panjang.
Bahkan CEO Tesla, Elon Musk, ikut turun tangan memberikan komentar pedas.
“Ini adalah RUU belanja Kongres yang besar dan penuh dengan proyek tidak perlu. Ini bukan sekadar boros—ini menjijikkan,” tulis Musk dalam unggahan terpisah di media sosial.
Ancaman terhadap Dominasi Dolar?
Lebih dari sekadar perdebatan fiskal internal, RUU ini dianggap oleh sebagian analis bisa berdampak pada posisi global dolar AS. Jika kebijakan ini membuat kepercayaan dunia terhadap stabilitas ekonomi Amerika terus menurun, maka upaya negara-negara lain untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap dolar bisa semakin cepat terjadi. Istilah populernya adalah “dedollarisasi” — yaitu pergeseran global dari penggunaan dolar ke alternatif lain, salah satunya Bitcoin.
Dengan kondisi utang yang terus membengkak, pengeluaran negara yang tak terkendali, dan kebijakan fiskal yang tidak konsisten, bukan tidak mungkin Bitcoin atau mata uang digital lainnya menjadi pilihan utama di masa depan, baik oleh institusi, negara, maupun individu di seluruh dunia.
Kesimpulan
Pernyataan dari Brian Armstrong, kritik dari para ekonom ternama, serta langkah-langkah beberapa negara bagian AS yang mulai mempertimbangkan Bitcoin sebagai aset strategis, semuanya menunjukkan perubahan besar yang sedang terjadi di lanskap keuangan global.
Jika AS tidak segera mengambil langkah tegas untuk mengendalikan defisit anggarannya, bukan mustahil bahwa dominasi dolar akan tergeser—dan Bitcoin bisa saja mengambil alih peran tersebut sebagai mata uang cadangan dunia. Sesuatu yang dahulu hanya dianggap mimpi para penggemar kripto, kini mulai terasa sebagai sebuah kemungkinan nyata.
Ikut Google News dan Join Telegram Informasi | Diskusi Cryptocurrency