Berita Buruk, Teknologi AI Mulai Menjadi Ancaman dalam Panggilan Telepon

Jessica Rosenworcel, Ketua Komisi Komunikasi Federal (FCC), mengusulkan langkah tegas untuk melawan panggilan telepon berbasis kecerdasan buatan (AI) yang menampilkan suara palsu.

Proposal ini, sejalan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Telepon (TCPA), mencoba menghadapi pesan otomatis yang menggunakan AI untuk meniru suara Presiden Joe Biden.

Pesan tersebut, dengan tujuan mencampuri pemilu presiden 2024, mendapat kecaman dari jaksa agung negara bagian sebagai informasi yang salah.

Langkah ini bertujuan melarang robocall semacam itu, sesuai dengan TCPA yang mengatur panggilan politik dan pemasaran otomatis tanpa persetujuan penerima. TCPA bertujuan melindungi konsumen dari komunikasi yang tidak diinginkan, seperti panggilan telemarketing dan pesan otomatis yang mengganggu.

Dalam beberapa tahun terakhir, panggilan telepon semacam itu meningkat, dengan teknologi yang mampu meniru suara tokoh terkenal. Dengan implementasi proposal ini, FCC berupaya memberikan Jaksa Agung alat tambahan untuk mengejar pelaku robocall berbahaya dan memberlakukan konsekuensi hukum.

FCC sebelumnya telah memulai Pemberitahuan Penyelidikan pada November untuk mengumpulkan informasi tentang penanganan robocall ilegal dan potensi peran AI.

Mereka mencari wawasan tentang dampak AI dalam penipuan, kemampuan meniru suara, dan regulasi berdasarkan TCPA. FCC juga mencari cara positif AI dapat membantu mengenali dan mencegah robocall ilegal.

Dalam konteks yang lebih luas, Gedung Putih merilis lembar fakta mengenai tindakan mereka terhadap AI pada 29 Januari. Langkah-langkah ini merupakan respons terhadap perintah eksekutif Presiden Joe Biden untuk melindungi masyarakat Amerika dari potensi risiko sistem AI. Peningkatan deepfake, termasuk penggunaan AI untuk membuat konten palsu, juga telah menjadi sumber kekhawatiran, dengan anggota parlemen AS mendesak undang-undang yang mengkriminalisasi produksi gambar deepfake.